Ukiran Kata Di bibir yang indah
Firman Allah
“Ucapkanlah kata-kata yang baik terhadap manusia.”
(Al-Baqarah: 83)
Mengenai ungkapan atau perkataan yang baik ini ada peribahasa yang mengatakan: Diam adalah emas, berbicara adalah perak,”
Maksud dari peribahasa tersebut, ucapan atau perkataan seseorang yang tidak berfaedah, dinilai laksana perak. Jesteru itu, daripada berbicara yang tidak menentu, maka lebih baik baginya bersikap diam sahaja dan dengan demikian, harga diamnya itu laksana emas.
Mengingat sangat pentingnya perkara berkenaan dengan perkataan itu dalam mengatur hubungan antara sesame manusia, maka Islam sebagai satu-satunya agama yang sentiasa memperhatikan keselamatan bersama, memerintahkan supaya umat Islam memelihara lisanya.
Baik di dalam Al-Quran mahupun hadis, terdapat banyak pertunjuk-pertunjuk yang memberikan peringatan kepada kita supaya selalu melafazkan perkataan yang baik, yang mendatangkan faedah dan keuntungan.
Firman Allah yang maksudnya:
“Berbicaralah terhadap mereka dengan perkataan yang baik”
(An-Nisa: 5)
“Hai orang-orang yang beriman! Bertaqwalah kamu kepada Allah dan ucapkanlah perkataan yang benar.”
(Al-Ahzab: 70)
Sesungguhnya perkataan-perkataan yang baik itu tidak terbatas terhadap teman dan sahabat sahaja, tetapi juga terhadap lawan dan orang-orang yang membangkang sekalipun.
Sebagai contoh, ketika berhadapan dengan Fir’aun, Allah SWT.memerintahkan kepada Nabi Musa dan Nabi Harun supaya berbicara dengan baik kepadanya.
Sebagaimana firman Allah yang bermaksud:
“Berbicaralah kamu berdua (Musa dan Harun) kepadanya (Fir’aun) dengan kata yang lemah lembut, mudah-mudahan dia ingat (sedar) dan takut.
(Toha: 44)
Dalam hadis pula dinyatakan, betapa pentingnya fungsi lidah seseorang itu, dalam hubungannya dengan kemurniaan iman.
Rasulullah SAW. bersabda:
“tidak akan tegak iman seseorang hamba, sehingga lurus pula hatinya dan hati itu tidak akan dapat lurus sebelum lidahnya jujur (terpelihara).”
(HR. Ahmad)
Sabdanya lagi:
“berbahagialah orang yang mengamalkan ilmunya, yang menafkahkan sebahagian harta bendanya dan yang dapat mengendaikan perkataan yang berlebihan.”
(HR. Thabrani)
Ulama’-ulama’ serta pemimpin-pemimpin Islam dari zaman ke zaman, sentiasa memperlihatkan contohn supaya kita memelihara ucapan-ucapan dalam segala bidang kehidupan dan meninggalkan kata-kata mutiara yang berkenaan dengan perkara tersebut, untuk dapat di jadikan pedoman. Sebagaimana Ali bin Abi Talib mengatakan:
“lidah orang yang berakal terletak di belakang hatinya, hati orang yang bodoh terletak di belakang lidahnya.”
Dalam kata mutiara yang lain pula ada disebutkan:
”kalau berjalan perliharalah kaki, kalau berkata perliharalah lidah.”
Demikian bunyi dari kata-kata mutiara tersebut, walaupun kata-lata itu telah lama kita dengar, tetapi ia tetap berguna sepanjang masa.
Kalau dilihat sepintas lalu, apalah ertinya lidah, ia hanya sekadar daging kecil yang ada dalam mulut manusia yang sempurna. Sebab kalau tanpa lidah, seseorang manusia itu akan kekurangan dan manusia yang tanpa lidah, bertukar nama menjadi manusia bisu atau manusia yang tidak dapat berbicara.
“masih ada harapan sembuh kalau pedang menusuk tubuh, kemana ubat hendak dicari kalau lidah menusuk hati”
No comments:
Post a Comment